Saturday, July 25, 2020

Guru, Pembelajaran Daring dan Covid-19


Oleh Mukarramah, MURP

Edmodo; kelas online
Menjadi guru di zaman serba canggih ini rasanya seperti dikejar-kejar teknologi. Kita baru belajar aplikasi A, eh sudah ada aplikasi baru yang lebih canggih. Begitu seterusnya. Tidak hanya DIPAKSA untuk mengenal dan bisa menguasai (secara otodidak), tetapi juga menularkan pengetahuan itu kepada murid dan walimurid. Jangan dibayangkan kami memiliki kesempatan untuk mengumpulkan orang tua dan melatihnya face to face. Kami tidak bisa menikmati fasilitas itu! Di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, kami harus melakukan komunikasi JARAK JAUH dan bertatap muka secara virtual. Bayangkan, kami harus bisa mengarahkan wali murid untuk instalasi, buka akun, join kelas, submit tugas, mengerjakan latihan, dan download materi di Learning Management System (LMS) gratisan, aplikasi belajar jarak jauh seperti Edmodo yang kami gunakan. Tidak semua orang familier dan memahami istilah dan bahasa per-online-an. Belum lagi jika wali murid yang kita ajak bicara buta aksara. Betapa menantangnya!


Itu baru satu hal. Hal lainnya, kami juga harus bisa mengelola jiwa dan raga agar bisa melayani murid di segala waktu; subuh, pagi, siang, sore, malam, dan bahkan dini hari. Merdeka belajar bagi siswa yang didengung-dengungkan oleh pemerintah bukan berati merdeka bekerja bagi kami, guru. Karena, untuk memberikan kemerdekaan itu, kami harus available 24 jam! Semua tak masalah, karena prioritas kami adalah memberikan kesempatan belajar bagi semua siswa, tanpa terkecuali.

Tidak hanya berusaha memberikan berbagai pilihan aplikasi dan kebebasan waktu belajar bagi siswa, ada satu hal lagi yang wajib kami lakukan. Ini yang lebih penting sebenarnya: Memberikan materi pembelajaran yang sesuai, dapat diakses dan dapat dipahami dengan mudah oleh siswa baik dengan bimbingan orang tua atau tanpa bimbingan orang tua. Apa maksudnya? Pertimbangan terakhir ini merupakan perwujudan dari kompetensi sosial kami. Mampu untuk memahami kondisi siswa dengan latarbelakang sosial dan ekonomi yang cukup beragam. Iya, kami tidak bisa menutup mata atas kondisi orang tua siswa terutama mereka yang bekerja di sektor domestik. Dimana, waktu tidak lagi ada dalam kekuasaan mereka, tetapi ditetapkan oleh sang majikan. Inilah hidup mereka yang harus kami pahami.

WAG; komunikasi multiarah
Kompetensi sosial itu bergandengan dengan kompetensi profesional. Ketika menyiapkan materi pembelajaran, kami dituntut tidak saja berpikir tentang KD, tujuan, sumber belajar, evaluasi, dan media belajar, kami juga harus berpikir kemampuan siswa menangkap materi melalui pembelajaran daring. Hal terakhir ini berkontirubusi cukup besar dalam pertimbangan penyusunan materi! Otak kami terus bergerak memikirkan cara dan bahasa yang dapat ditangkap dengan mudah oleh anak anak. Bahkan ketika tidur, pikiran itu terus saja mengusik kami. Waktu kami yang 24 jam itu, selain digunakan untuk melayani siswa,  merencanakan pembelajaran, menyiapkan materi, mempublikasikannya, mengevaluasi, juga kami gunakan untuk hidup kami sendiri bersama keluarga.

Evaluasi dengan menggunakan aplikasi Quizziz

Evaluasi menggunakan google form
Daftar hadir online menggunakan MS. Kaizala


Akhir kata, ditengah keterbatasan ini, jika menemukan banyak kekurangan dan kesalahan kami, tolong maafkan. Kami guru adalah manusia biasa yang berjuang untuk kemerdekaan belajar anak anak bangsa. Kami tak meminta pujian, cukup dengan kesediaan orang tua, bapak pejabat dan siapapun yang memiliki concern tinggi terhadap pendidikan dan yang telah meluangkan waktu untuk memonitor kami, untuk bergandengan tangan saling mendukung dan selalu mendoakan kami senantiasa sehat dan semangat.

Evaluasi menggunakan game eduakasi JSA

9 comments:

  1. Masya Allah tulisan Ibu Roma merupakan suara hati Saya sebagai sesama guru yang berjuang di Sekolah Indonesia Jeddah Arab Saudi. Terima kasih Bu Rom sudah menerjemahkan ke dalam tulisan yang begitu indah Dan menggugah. Semangat Bu Rom. I love you 😘.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul bu alfi, kita senasib seperjuangan. Tulisan ini mungkin tak bisa menggambarkan semua hal yang kita lakukan, senang dan dukanya. Perih dan berdarah-darahnya. Semoga tulisan ini bisa mewakili guru. Tak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semua baik dengan caranya masing masing. Semua guru itu telah berusaha yang terbaik untuk yang terbaik buat murid-muridnya.

      Delete
  2. Tulisan ini telah mewakili suara hati kami para guru khususnya di Sekolah Indonesia Jeddah dan mungkin seluruh guru dimanapun merasakan hal yang sama seperti yang kami rasakan. Semoga lelah kami senantiasa mendapatkan ridho Allah SWT. Terimakasih Bu Roma...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin Allahumma Aamiin. Inhsaallah bu Nani...semoga kita senantiasi ikhlas..

      Delete
    2. Semoga jd amal ibadah kita bu, membaca cerita diatas tadi sama kami juga mengalami.

      Delete
  3. Mantap buk Rom..
    Teruslah berkarya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih..iya, kita semua, semoga selalu terus bisa berkarya.

      Delete
  4. Keren bu roma...
    Ibarat makanan pas manis,asam,n asinnya he...
    Kita juga mengalaminya tpi sulit mengungkapkan dgn bahasa yg menyejukkan seperti ini...
    Sukses terus mbak yu.. rindu karya2 berikutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih dik, saya yakin di Indonesia tantangannya jauhh lebih besar dan beragam! Kita satunya satunya yg berada di garda depan peperangan melawan kebodohan, terutama menyiapkan generasi bangsa ini mengambil alih masa depan...kita dorong diri kita uuntuk terus semangat! Maju terus GURU INDONESIA..

      Delete