Ini adalah hasil pengamatan uji coba pertama reading workshop.
Uji Coba bersama bu Alfi pukul 09.00 sd 10.00 di Mushola Sekolah Indonesia Jeddah dengan hati dagdigdug karena jam 10.00 tempatnya akan dipakai oleh anak OSN.
CHANGE OVER TIME
Sehari sebelumnya, kami bertiga, bu alfi, but Tria, dan saya
(guru kelas 2) membuat rencana reading workshop. Saya membuat draftnya. Tetapi selama
proses diskusi ada beberapa hal yang dianggap ruwet. Pertama-tama kami kesulitan
menetapkan pola. Saya mengusulkan untuk mengurutkan huruf konsonan misalnya 1,2,3 dan
mengurutkan huruf vocal 1,2. Jadi konsonan 1 pasangan dengan vokal 1 dan konsonan 2 dan 3 berpasangan dengan vokal 2. Tapi ditolak mentah mentah oleh Bu Alfi dan Bu Tria.
Katanya ruwet.
Saya kemudian searching di internet mencari pola suku kata Indonesia.
Akhirnya dari situ saya membuat statement menggunakan pola KV-KVK. Saya rubah
lagi statement teaching points menjadi memecah huruf menjadi suku kata dengan
mengidentifikasi huruf konsonan dan vocal dan mengelompokkannya dengan pola
KV-KVK.
Ada empat langkah dalam teaching methods. Saya memberikan arahan "kasih
titik merah dan biru untuk membedakan huruf Vokal dan Konsonan." Kata bu alfi,
itu juga merepotkan. Anak anak harus beli bolpoin warna warni atau membawa pensil warna. Akhirnya,
ketika uji coba berdua di rumah, kita ganti dengan gesture melingkari dan menggaris bahawahi.
Ketika memeragakan transisi connectioan ke teaching points,
bu alfi tampak sangat kesulitan menyederhanakan bahasa teaching points. Tapi
saya minta unturk terus. Akhirnys setelah berkali-kali, bu Alfi tanpa sengaja
menggunakan kata memenggal. Saat itu, saya menemukan ide untuk merubah statement
teaching point menjadi “Siswa mampu memenggal kata menjadi suku kata dengan pola
KV-KVK.”
Kami uji coba lagi langkahnya. Ternyata melingkari saja dan
menggaris bawahi saja agak kesulitan ketika kita ingin mengelompokkannya menjadi KV dan KVK. Butuh link! Akhirnya saya menambahkan penjelasan dalam langkah ke 2 dan
ke 3 dengan tambahan “tuliskan huruf V dibawah huruf vocal dan huruf K dibawah
huruf konsonan. Setelah melakukan itu, tampak pola semua kata yang memiliki
hururf 5 itu dengan pola KV dan KVK.
Nah, ini sangat membantu anak
anak untuk membuat kelompok suku kata.
FEEDBACK
Keesokan harinya, ketika pelaksanaan, sebagian besar anak
anak agak kesulitan mengingat langkah-langkahnya. Mungkin, karena saya
menuliskannya dalam kalimat saja dan kalimatnya relative panjang. Mungkin anak
anak merasa ruwet membacanya dan menjadi pusing mengikuti langkah-langkahnya.
Dampaknya langsung terlihat! Hanya sebagain kecil
anak yg berhasil mengiukuti langkah dengan baik. Mungkin pada pertemuan
berikutnya, saya tulis singkat dan kasih gambar langkahnya di kertas coklat dan
saya tempel di samping papan tulis. Misalnya seperti ini:
Langkah 1: Hitung hurufnya. Ambil kata yang terdiri dari 5
huruf saja (ada gambar counting!)
Langkah 2: Lingkari huruf vocal, tulis A dibawahnya (ada gambar)
Langkah 3: Garis bawah huruf konsonan, tulis K dibawahnya (ada gambar)
Langkah 4: Beri kotak kelompok KV dan KVK (ada gamber)
Ketika memodelkan, penting sekali untuk melaksanakan langkah-langkahnya secara konsisten dan berulang-ulang. Jangan lupa untuk menyebutkan urutan langkah dan isi langkahnya.
UNEXPECTED POSITIVE OUTPUT
Dari hasil tugas mandiri, terlihat hanya anak anak yg memiliki
kemampuan membaca pada level C/D yang bisa mengingat dan mengikuti langkah tersebut
secara berurutan (berpikir sistematis). Bahkan ketika guru meminta salah satu
anak untuk memasukkan kata “untuk”, siswa tersebut menolak arahan guru dan
menjawab ”kata itu tidak berpola KV-KVK bu tapi berpola VK-KVK.” Wow! Ini
sebenarnya capaian luar biasa, dia sudah bisa berpikir tingkat tinggi.
UNEXPECTED NEGATIVE OUTPUT
Anak anak yg kemampuan membacanya ada pada level A/B tampak kesulitan menerapkan
teaching methods. Tugas independent reading tadi, mereka hanya sampai pada
tahap menuliskan kembali kata dengan huruf 5. Kata yang mereka tuliskan pun bukan
diambil dari buku, tapi mereka temukan sendiri.
Mereka juga belum bisa melaksanakan perintah dengan baik.
Ketika guru meminta membaca buku cerita dan menghitung hurufnya untuk dikelompokkan
suku katanya dengan pola KV-KVK, anak anak belum bisa melakukan itu. Mereka belum
bisa membedakan satu kata dengan kata lainnya dalam kalimat. Semua huruf dihitung
nyambung sampai akhir kalimat.
Ada juga anak anak yg menulis huruf terbalik balik dan tidak
bisa dibaca.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
Untuk reading workshop dengan tujuan membuat suku kata,
hanya bisa diaplikasikan untuk siswa dengan level membaca C/D.
Siswa dengan level membaca A/B mungkin focus pada
mengasosiasi sound dengan huruf, serta belajar blending dan segmenting.
Masalahnya di kelas itu ada 3 kelompok kemampuan membaca
siswa. Jadi ketika menggunakan metode mengajar literacy, guru harus membuat secara
khusus untuk kelompok tertentu dan memberikan tugas pada kelompok lain, misalnya ketika kita mengajar anak level A, anak lain berlevel B dan level C/D diberikan tugas independent reading.
Mukarromah, 05 Oktober 2022.
No comments:
Post a Comment